Rabu, 18 Oktober 2017

ANTIHISTAMIN, GOLONGAN DAN TURUNANNYA

ANTIHISTAMIN

Antihistamin sebagai penghambat dapat mengurangi degranulasi sel mast yang dihasilkan dari pemicuan imunologis oleh interaksi antigen IgE. Cromolyn dan Nedocromil diduga mempunyai efek tersebut dan digunakan pada pengobatan asma, walaupun mekanisme molekuler yang mendasari efek tersebut belum diketahui hingga saat ini.


Antihistamin merupakan obat antialergi yang bekerja dengan menghambat pengelepasan histamin. Namun, meskipun penggunaannya aman antihistamin generasi pertama sering menimbulkan efek samping berupa sedasi yang menyebabkan rasa kantuk & penurunan daya tangkap. Hal ini tentunya sangat mengganggu aktivitas sahri-hari.
Maka dari itu penting untuk kita sebagai farmasis untuk  mengetahui sifat kimia fisika, hubungan struktur kimia dengan aktivitas biologis suatu senyawa atau mengetahui HKSA dan mengetahui metode-metode dalam modifikasi struktur molekul obat, yang merupakan bagian penting rancangan obat untuk mendapatkan suatu obat  baru  dengan  aktivitas  & keselektifan  yang  lebih  tinggi dan efek samping yang sekecil mungkin dan kenyamanan yang lebih besar.




Berdasarkan hambatan pada reseptor khas antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
Ø  Antagonis H1, terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejalal akibat reaksi alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.
Ø  Antagonis H2, digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita pada tukak lambung serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
Ø  Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan kardiovaskuler, pengobatan alergi dan kelainan mental. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.

Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik.

Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin. Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.

Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dangan jalan memblokir reseptor histamin (penghambatan saingan).
Histamin adalah suatu amin nabati yang ditemukan oleh Dr.Paul Ehrlich (1878) dan merupakan produk normal dan pertukaran zat histidin. Asama amino ini masuk ke dalam tubuh terutama lewat daging dan di jaringan (juga di usus halus) di ubah secara enzimatis menjadi histamin (dekarboksilasi).
Biasanya dengan istila “antihistaminika” selalu dimaksud H1-blokers. Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki  berbagai khasiat lainnya, yakni daya antikolinergis, antiemetis, dan daya menekan SSP (sodatif), sedangkan beberapa di antaranya mempunyai efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah).
1. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H1 (Antihistaminika Klasik)
Golongan ini dibagi lagi berdasarkan rumus bangun kimianya, yaitu:
      Senyawa Etanolamin; antara lain Difenhidramin, Dimenhidrinat Karbinoksamin maleat.
      Senyawa Etilendiamin; antara lain Antazolin, Pirilamin, dan Tripelenamin.
      Senyawa Alkilamin; antara lain Fenirarnin, Klorfeniramin, Bromfeniramin, dan Deksklorfeniramin.
      Senyawa Siklizin; antara lain Siklizin, Klorsiklizin, dan Homoklorsiklizin.
      Senyawa Fenotiazin; antara lain Prometazin, Metdilazin, dan Oksomemazin.
      Senyawa lain‑lain; yaitu Dimetinden, Mebhidrolin, dan Astemizol.

Sering disebut juga antihistamin klasik, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamine pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Digunakan untuk ; alergi, antiemetic, antimabuk, antiparkinson, antibatuk, sedative, antipsikotik, dan anastesi setempat.

Hubungan struktur dan aktifitas antagonis H1
a.    Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1.
b.      Secara umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom pada N pada ujung amin tersier.
c.   Kuartenerisasi dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang efektif.
d.      Rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A
e.       Faktor sterik juga mempengaruhi aktifitas antagonis H1
f.       Efek antihistamin akan maksimal jika kedua cincin aromatic pada struktur difenhidramin tidak terletak pada bidang yang sama


1)      Turunan eter amino alkil
Rumus : Ar(Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Hubungan struktur dan aktifitas
a)      Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
b)      Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
c)      Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan ester aminoalkohol
a)  Difenhidramin HCl, merupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedative dan antikolonergik
b)      Dimenhidrinat, adalah garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8-kloroteofilin.
c)      Karbinoksamin maleat, mengandung satu atom C asimetrik yang mengikat 2 cincin aromatik.
d)     Klemasetin fumarat, merupakan antagonis H1 kuat dengan masa kerja panjang.
e)      Pipirinhidrinat

2)      Turunan etilendiamin
Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan system saraf dan iritasi lambung cukup besar.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin
a)  Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan dufenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
b)     Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
c) Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.

3)      Turunan alkil amin
Rumus umum ; Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antihistamin dengan indeks terapetik cukup baik dengan efek samping dan toksisitasnya sangat rendah.
Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin
a)      Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang memunyai efek antihistamin H1 terendah.
b)      CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam sediaan kombinasi.
c)      Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo.

4)      Turunan piperazin
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya relatif panjang
Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin
a)  Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat terhadap histamine serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
b)      Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.
c)    Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alerhi, mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat menghambat efeknya.

5)      Turunan fenotiazin
Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesic dan sedativ.
Hubugan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin
a)      Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja panjang.
b)      Metdilazin
c)  Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
d)     Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
e)      Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.

2. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 (Penghambat Asma)
Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba. Beberapa jaringan seperti otot polos, pembuluh darah mempuntai kedua reseptor yaitu H1 dan H2.
-Struktur 
Antihistamin H2 secara struktur hampir mirip dengan histamin. Simetidin mengandung komponen imidazole, dan ranitidin mengandung komponen aminomethylfuran moiety.
3. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H3
Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.
 4. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida. Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin. Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
      Pheniramin bekerja pada reseptor H1
Ikatan histamin dengan reseptor H1 didapatkan dalam bentuk 3 dimensi, sehingga disimpulkan bahwa ikatan reseptor H1 dengan histamin/antihistamin merupakan ikatan spesifik stereo. Beberapa antihistamin seperti cetirizinloratadin dan levocetirizin dapat berikatan dengan reseptor H1 dalam ikatan spesifik stereo. Afinitas dan durasi ikatan antihistamin dengan reseptor berperan pada efektivitas antihistamin. Metode untuk mengukur efektivitasantihistamin dapat dengan cara melakukan uji tusuk kulit(skin prick test), yang diikuti penilaian penghambatan antihistamin terhadap warna merah (flare) dan sembab(wheal) yang ditimbulkan histamin. Antihistamin yang mempunyai afinitas besar terhadapreseptor H1, durasi ikatan antara antihistamin dengan reseptor yang lebih lama dan mempunyai khasiat antiinflamasi akan mempunyai efektivitas yang lebih baik dari pada antihistamin lainnya. Selain itu farmakokinetik dan farmakodinamikantihistamin masih perlu diteliti sehingga didapatkan antihistaminyang tidak menimbulkan efek samping yang berarti.

Apa itu fenotiazin?
Fenotiazin adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan mental dan emosional yang serius, termasuk skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya, bekerja sentral dengan cara menghambat chemoreseptor trigger zone. Beberapa digunakan juga untuk mengontrol agitasi pada pasien tertentu, mual dan muntah, cegukan yang parah, dan nyeri sedang sampai berat .

Fenotiazin



10 H-fenotiazin
Nama lain [hide]
thiodiphenylamine, dibenzothiazine, dibenzoparathiazine, 10 H-Dibenzo-[b, e] -1,4-thiazine, PTZ

Properti
C 12 H 9 NS
199,27 g / mol
Penampilan
kuning belah ketupat selebaran atau
berlian berbentuk piring
185 ° C, 458 K, 365 ° F
371 ° C, 644 K, 700 ° F
Kelarutan dalam air
0,00051 g / L (20 ° C)
Kelarutan dalam pelarut lainnya
benzena , eter , petroleum eter , kloroform , panas asam asetat , etanol (sedikit), minyak mineral (sedikit)
Keasaman (p Ka)
kira-kira 23 di DMSO

Turunan fenotiazin selain mempunyai efek antihistamin juga mempunyai aktivitas tranquilizer dan antiemetik, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.

Secara umum pemasukan gugus halogen atau CF3   pada posisi 2 dan perpanjangan atom C rantai samping, misal etil menjadi propil akan mningkatkan aktivitas tranquilizer dan menurunkan efek antihistamin.

Turunan fenotiazin mempunyai struktur kimia karakteristik yaitu system trisiklik tidak planar yang bersifat lipofil dan rantai samping alkilamino yang terikat pada atom N tersier pusat cincin yang bersifat hidrofil. Rantai samping tersebut bervariasi dan kebanyakan merupakan salah satu struktur sebagai berikut : propildialkilamino, alkilpiperidil atau alkilpiperazin. Turunan fenotiazin digunakan untuk pengobatan gangguan mental dan emosi yang moderat sampai berat, seperti skizofrenia, paranoia, psikoneurosis (ketegangan dan kecemasan) serta psikosis akut dan kronik. Banyak turunan fenotiazin mempunyai aktivitas antiemetik, simpatolitik atau antikolinergik. Turunan fenotiazin juga mengadakan potensiasi dengan obat-obat sedatif-hipnotika, analgetika narkotik atau anestetika sistemik.

Penggunaan dosis tinggi menimbulkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal dengan efek seperti pada penyakit Parkinson. Penggunaan jangka panjang menimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit selta sensitifterhadap cahaya.
Contoh turunan fenotiazin yang terutama digunakan sebagai antipsikosis adalah promazin, klorpromazin, trifluoperazin, teoridazin, mesoridazin, perazin (Taxilan), butaperazin, flufenazin, asetofenazin dan carfenazin. Contoh turunan fenotiazin yang terutama digunakan sebagai antiemetik adalah proklorperazin dan perfenazin.
Struktur turunan fenotiazin dengan rantai samping aminoalkil



Hubungan struktur dan aktivitas

a. Gugus pada R2 dapat menentukan kerapatan elektron sistem cincin. Senyawa mempunyai aktivitas yang besar bila gugus pada Rr bersifat penarik elektron dan tidak terionisasi. Makin besar kekuatan penarik elektron makin tinggi aktivitasnya. Substitusi pada R2 dengan gugus Cl atau CF3 akan meningkatkan aktivitas. Substituen CF3 lebih aktil dibanding Cl karena mempunyai kekuatan penarik elektron lebih besar tetapi elek samping gejala ekstrapiramidal ternyata juga lebih besar. Substitusi pada R2 dengan gugus tioalkil (SCH3), senyawa tetap mempunyai aktivitas tranquilizer dan dapat menurunkan efek samping ekstrapiramidal. Substitusi dengan gugus asil (COR), senyawa tetap menunjukkan aktivitas tranquilizer.

b. Substitusi pada posisi 1,3 dan 4 pada kedua cincin aromatik akan menghilangkan aktivitas tranquilizer.

c. Bila jumlah atom C yang mengikat nitrogen adalah 3, senyawa menunjukkan aktivitas tranquilizer optimal. Bila jumlah atom C = 2, senyawa menunjukkan aktivitas penekan sistem saraf pusat yang moderat tetapi efek antihistamin dan anti-Parkinson lebih dominan.

d. Adanya percabangan pada posisi Ξ²-rantai alkil dapat mengubah aktivitas farmakologisnya. Substitusi Ξ² -metil dapat meningkatkan aktivitas antihistamin dan antipruritiknya. Adanya substitusi tersebut menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan stereoselektif. Isomer levo lebih aktif dibanding isomer dekstro.

e. Substitusi pada rantai alkil dengan gugus yang besar, seperti fenil atau dimetilamin, dan gugus yang bersifat polar, seperti gugus hidroksi, akan menghilangkan aktivitas tranquilizer.

f. Penggantian gugus metil pada dimetilamino dengan gugus alkil yang lebih besar dari metil akan menurunkan aktivitas karena meningkatnya pengaruh halangan ruang.

g. Penggantian gugus dimetilamino dengan gugus piperazin akan meningkatkan aktivitas tranquilizer, tetapi juga meningkatkan gejala ekstrapiramidal.

h. Penggantian gugus metil yang terletak pada ujung gugus piperazin dengan gugus -CH2CH2OH hanya sedikit meningkatkan aktivitas.

i. Kuarternerisasi rantai samping nitrogen akan menurunkan kelarutan dalam lemak, menurunkan penetrasi obat pada sistem saraf pusat sehingga menghilangkan aktivitas tranquilizer.

j. Masa kerja turunan fenotiazin dapat diperpanjang dengan membuat bentuk esternya dengan asam lemak yang berantai panjang seperti asam enantat dan dekanoat.

Pertanyaan :
  1. Bagaimana mekanisme terjadinya inflamasi?
  2. Apa yang menyebabkan lepasnya histamine?
  3. Apa saja efek samping antagonis histamin H-1?
  4. Tolong jelaskan mekanisme efek samping dari antiinflamasi generasi1?
  5. Durasi ikatan antara antihistamin dengan reseptor yang lebih lama dan mempunyai khasiat antiinflamasi akan mempunyai efektivitas yang lebih baik, nah bagaimana cara meningkatkan durasi ikatan? Tolong berikan contoh gugus apa pada struktur obat antihistamin yang perlu di modifikasi?
  6. Bagaimana mekanisme efek samping dari turunan fenotiazin?
  7. Banyak turunan fenotiazin mempunyai aktivitas antiemetik, simpatolitik atau antikolinergik, tolong jelaskan apa itu:
a.     Antiemetic
b.     Simpatolitik
c.     Antikolinergik
  1. Kenapa turunan fenotiazin ini memiliki efek sedasi?
  2. Bagaimana tingkat kekuatan efek sedasi turunan dari fenotiazin? Tolong berikan contohnya.
  3. Fenotizin dan turunannya dapat di buat bentuk sediaan apa saja?
  4. Apa criteria kondisi medis pasien yang tepat untuk diberikan obat ini?
  5. Nama dagang yang komersial untuk golongan dan turunan fenotiazin?
  6. Apakah Golongan fenotiazin ini aman untuk ibu hamil dan anak anak?
  7. Bagaimana ikatan reseptor dengan turunan fenotiazin?
  8. Bagaimana menghindari efek sedasi dari golongan fenotiazin?


Mohon penjelasannya ya J

41 komentar:

  1. hai suci menurut pendapat saya jawaban no 3 efek samping yang terjadi pada AH 1 seperto alergi, shock anafilaksis, ruam, dan dermatiti

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya saya setuju, ditambahkan seperti fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dermatitis, hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia, trombosis

      Hapus
  2. menurut saya Inflamasi adalah reaksi kompleks terhadap agen/bahan yang merugikan misalnya mikroba dan sel yang rusak (biasanya nekrosis), yang berupa respon vaskuler, migrasi dan aktivasi leukosit serta reaksi sitemik. Gambaran umum inflamasi adalah reaksi pembuluh darah, yang menyebabkan akumulasi cairan dan leukosit di jaringan ekstravaskuler. Respon inflamasi berkaitan erat dengan proses perbaikan. Inflamasi berfungsi menghancurkan, mengencerkan atau membatasi agen yang merugikan dan memicu terjadinya serangkaian proses yang mencoba untuk memulihkan dan mengantikan jaringan yang rusak.
    Reaksi inflamasi dipicu oleh berbagai rangsangan:

    (1) Infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit) dan toksin bakteri

    (2) Nekrosis jaringan mendatangkan inflamasi tanpa memperhatikan penyebab dari kematian sel, proses iskemik akan menurunkan aliran darah (pada kasus myocard infark)

    (3) Trauma atau cedera fisik dan trauma kimia (seperti cedera kebakaran atau kerusakan kulit akibat suhu ekstrim, radiasi (terpapar lingkungan kimia)

    (4) Benda asing (serpihan, kotoran,sutura) yang mungkin menimbulkan inflamasi untuk dirinya sendiri atau karena cedera jaringan akibat trauma atau dari mikroba

    (5) Reaksi imunitas (juga disebut hipersensitivitas) dimana reaksi secara normal sistem imun melindungi dari kerusakan pada jaringan individunya sendiri.

    Secara singkat mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sbb : pelepasan zat kemudian menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas dinding kapiler. reseptor nyeri mengalami perangsangan kemudian protein dan cairan keluar dari pembuluh darah kapiler dan sel fagosit migrasi ketempat cidera untuk merusak zat-zat yang dianggap berbahaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. yupss , mekanisme inflamasinya terkait dengan adanya antigen berupa bakteri atau kerusakan jaringan tadi tubuh akan merespon dengan menggunakan sistem sel darah putih yang akan menuju lokasi kerusakan dan bentuk perbaikan itu adalah inflamasi

      Hapus
    2. Dan histamin merupakan salah satu modulator terjadinya inflamasi.

      Hapus
  3. No. 2
    Histamin dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparin-heparin dalam sel mast sebagai hasil reaksi antigen-antibodi bila ada rangsangan senyawa allergen.
    Pelepasan histamine terjadi akibat :
    • Rusaknya sel
    • Senyawa kimia
    • Reaksi hipersensitivitas
    • Sebab lain, Proses fisik seperti mekanik, thermal, atau radiasi cukup untuk merusak sel terutama sel mast yang akan melepaskan histamin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tambahan, antibodi yang mempengaruhi adalah imunlglobulin E

      Hapus
  4. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no. 8 Efek sedative fenotiazin timbul dari aktivasi reseptor GABAA sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari reseptor GABA di otak (korteks serebral, korteks sereblum, thalamus). Dengan kata lain efek sedatif yang ditimbulkan oleh fenotiazin karena menghambat atau menekan sistem saraf pusat

    BalasHapus
  5. saya akan membantu menjawab no 7.
    1. antiemetik yaitu suatu senyawa obat yang dapat mengatasi mual dan muntah.
    2. simpatolitik yaitu suatu zat-zat/ senyawa yang dapat melawan efek perangsangan saraf-saraf simpatis, tetapi dalam dosis kecil bekerja sebagai simpatomimetika (adrenergik)
    3. antikolinergik yaitu senyawa obat yang dapat menstimulasi saraf parasimpatik dengan melepaskan neurohormon asetikolin.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Haii suci,Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 12
    Fenotiazin memiliki nama dagang banyak termasuk afitiazin,agrazine,antiverm,orimon reconox,vermitin dsb.

    BalasHapus
  8. saya akan mencoba menjawab no 2
    Pelepasan histamine terjadi akibat :
    • Rusaknya sel
    Histamine banyak dibentuk di jaringan yang sedang berkembang dengan cepat atau sedang dalam proses perbaikan, misalnya luka
    • Senyawa kimia
    Banyak obat atau zat kimia bersifat antigenic,sehingga akan melepaskan histamine dari sel mast dan basofil. Contohnya adalah enzim kemotripsin, fosfolipase, dan tripsin.
    • Reaksi hipersensitivitas
    Pada orang normal, histamine yang keluar dirusak oleh enzim histamin dan diamin oksidase sehingga histamine tidak mencapai reseptor Histamin. Sedangkan pada penderita yang sensitif terhadap histamine atau mudah terkena alergi jumlah enzim-enzim tersebut lebih rendah daripada keadaan normal.
    • Sebab lain
    Proses fisik seperti mekanik, thermal, atau radiasi cukup untuk merusak sel terutama sel mast yang akan melepaskan histamin.
    Histamin berinteraksi dengan reseptor yang spesifik pada berbagai jaringan target. Reseptor histamine dibagi menjadi histamine 1 (H-1) dan histamine 2 (H-2). Pengaruh histamin terhadap sel pada berbagai jaringan tergantung pada fungsi sel dan rasio reseptor H-1 : H-2. stimulasi reseptor H-1 menimbulkan :
    • Vasokonstriksi pembuluh-pembuluh yang lebih besar
    • Kontraksi oto bronkus, otot usus dan otot uterus
    • Kontraksi sel-sel otot polos
    • Kenaikan aliran limfe
    Stimulasi reseptor H-2 menimbulkan :
    Dilatasi pembuluh paru-paru
    Meningkatkan frekuensi jantung dan kenaikan kontraktilitas jantung
    Kenaikan sekresi kelenjar terutama dalam mukosa lambung

    BalasHapus
  9. hai suci.. saya akan mencoba menjawab pertanyaan 10. Fenotizin dan turunannya dapat di buat bentuk sediaan apa saja?
    sejauh yang saya tau Fenotizin dan turunannya dapat dijadikan sediann : tablet,elixir,kapsul,sirup,injeksi,spray,retarded tablet,reditab dll

    BalasHapus
    Balasan
    1. Umumnya fenotiazin dan turunanya dibuat dalam sediaan tablet dan injeksi.
      Apakah semua obat golongan fenotiazin dan turunanya dapat dibuat dalam sediaan yang disebutkan diatas?. Bagaimana dengan kestanlan zat aktif dari masing2 sediaan?

      Hapus
  10. untuk soal nomor 10 itu fenotiazin dibuat untuk sediaan apa saja, disini saya akan menuliskan merek dagang dari obat-obat golongan fenotiazin yaitu klorpromazin (nama merek: Thorazine), fluphenazine (Duraclon),mesoridazine (Serentil), perphenazine (Etrafon dan Trilafon), proklorperazin (Compazine), promazine(Robinul dan Buruk Bagus anectine), thioridazine (Mellaril), trifluoperazine (Stelazine ) dantriflupromazine (Robinul).

    BalasHapus
  11. Pertanyaan no.3
    Antagonis H1
    Efek samping antagonis H1 generasi I yang paling sering terjadi adalah sedasi. Selain itu, gejala SSP lain dapat terjadi, seperti pusing, tinitus, lesu, insomnia, dan tremor. Efek samping lain yang biasanya terjadi berupa gangguan saluran cerna, seperti hilangnya nafsu makan, mual, muntah, nyeri epigastrum, bahkan diare. Efek samping akibat efek muskarinik ini tidak terjadi pada antagonis H1 generasi II. Meskipun jarang, efek samping pada antagonis H1 generasi II dapat berupa torsades de pointes, yaitu terjadi perpanjangan interval QT. Hal ini biasanya terjadi karena gangguan obat, terutama terfenadin dan astemizol, dalam dosis takar lajak, adanya gangguan hepatik yang mengganggu sistem sitokrom P450, atau adanya interaksi dengan obat lain. Perpanjangan QT interval diduga terjadi karena obat-obat tersebut menghambat saluran K+. Selain itu, juga dapat terjadi dermatitis alergik karena penggunaan topikal. Pada keracunan akut antagonis H1 , dapat terjadi suatu sindrom beruapa adanya halusinogen, ataksia, tidak adanya koordinasi otot, dan kejang.

    Daftar Pustaka
    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  12. saya ingin mencoba menjawab soal no 3
    -Generasi 1 yang sering terjadi yaitu sedasi
    •Gejala SSP lain: pusing, lesu, insomnia, tremor
    •Saluran cerna: hilangnya nafsu makan, mual-muntah, nyeri epigastrium dan diare
    •Efek muskarinik: kering mulut dan jalan nafas, retensi urin dan disuria, gangguan penglihatan
    -Generasi 2 dapat menyebabkan “TORSADES DE POINTES”, perpanjangan QT interval(terfenadin & aztemizol) mungkin dikarenakan dosis besar atau adanya gangguan hepatik

    BalasHapus
  13. Mekanisme fenotiazin yaitu mengaktivasi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak dapat dieksitasi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alcohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal. Efek sedative timbul dari aktivasi reseptor GABAA sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari reseptor GABA di otak (korteks serebral, korteks sereblum, thalamus).

    BalasHapus
  14. pertanyaan no 2
    menurut literatur yang saya baca, ketika kita alergi terhadap zat tertentu (debu, serbuk sari, bulu hewan peliharaan, makanan), sistem kekebalan tubuh secara keliru percaya bahwa zat tersebut berbahaya bagi tubuh. Guna melindungi tubuh dari serangan “zat berbahaya” itu, sistem kekebalan tubuh memulai reaksi berantai. Reaksi ini akan membuat beberapa sel-sel tubuh melepaskan histamin dan bahan kimia lainnya ke dalam aliran darah.

    BalasHapus
  15. Saya akan menjawab pertanyaan nomor 13.
    Golongan turunan fenotiazin, misalnya klorpromazin jika digunakan untuk ibu hamil pada trimester pertama dilaporkan adanya defekkongenital akibat penggunaan berulang walaupun dalam dosis rendah, tetapi dosis rendah tunggal atau sekali-sekali dianggap aman, gejala ekstrapiramidal pada neonatus, letargi dan tremor, skor APGAR rendah, hipereksitabilitas paradoksal.

    BalasHapus
  16. Saya akan membantu menjawab pertanyaan no 2, menurut saya yang menyebabkan keluarnya histamin itu ialah ketika ada benda asing masuk kedalam tubuh patogen atau yang lainnya maka sel mask akan mengeluarkan histamin sebagai respon dari tubuh bahwa benda yang masuk kedalam tubuh adalah benda asing

    BalasHapus
  17. hai suci saya tertarik menambahkan jawaban pertanyaan no 7 ttg antiemetik
    Anti emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan dan efek samping dari analgesik golongan opiat, anastesi umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker, juga untuk mengatasi vertigo (pusing) dan migrain. Antiemetik yang bekerja secara sentral terbagi atas beberapa kelompok: fenootiazin, nonfenotiazin, penyekat reseptor serotonin (5-HT3), antikolinergik/antihistamin, dan kelompok yang bermacam-macam. Dua jenis fenotiazin yang umum digunakan adalah proklorperazin (compazine) dan prometazin (phenergan) keduanya memiliki awitan yang cepat dan efek merugikan yang terbatas.
    Agen lainnya adalah dronabinol (marinol), yang mengandung bahan aktif kanabis (mariyuana), hidroksizin (generik) yang dapat menekan area kortikol pada SSP dan trimetobenzamid (tigan), ini serupa dengan antihistamin dan tidak menimbulkan sedeasi. Trimetobenzamid sering kasli merupakan obat pilihan dalam kelompok ini karena tidak dikaitkan dengann sedadi yang berlebihan dan sepresi SSP. Obat ini tersedian dalam bentuk oral,parenteral,dan surositoria. Obat ini diabrsorpsi dengan cepat, di metabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine. Obat ini menembus plasenta dan menembus ASI, dan digunakan jika manfaatnya lebih besar pada ibu dari pada resiko potensial pada janin atau neonatus.

    BalasHapus
  18. 1. Mekanisme terjadinya Inflamasi dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu:
    1. Perubahan vaskular
    Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing.
    2. Pembentukan cairan inflamasi
    Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 1999).

    BalasHapus
  19. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1
    Mekanisme terjadinya Inflamasi dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu:

    1. Perubahan vaskular

    Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing.
    2. Pembentukan cairan inflamasi
    Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 1999).

    Penyebab inflamasi dapat disebabkan oleh mekanik (tusukan), Kimiawi (histamin menyebabkan alerti, asam lambung berlebih bisa menyebabkan iritasi), Termal (suhu), dan Mikroba (infeksi Penyakit.

    Tanda-tanda inflamasi (peradangan) adalah

    1. Rubor (kemerahan) terjadi karena banyak darah mengalir ke dalam mikrosomal lokal pada tempat peradangan.
    2. Kalor (panas) dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan pada tempat peradangan dari pada yang disalurkan ke daerah normal.
    3. Dolor (Nyeri) dikarenakan pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
    4. Tumor (pembengkakan) pengeluaran ciran-cairan ke jaringan interstisial.
    5. Functio laesa (perubahan fungsi) adalah terganggunya fungsi organ tubuh


    Obat anti inflamasi dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu:

    a. Glukokortikoid (Golongan Steroidal) yaitu anti inflamasi steroid. Anti Inflamsi steroid memiliki efek pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer serta penghambatan aktivitas fosfolipase. contohnya gologan Prednisolon

    b. NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) juga dikenal dengan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase. Contoh Obat AntiInflasmasi golongan NSAIDs adalah Turunan Asam Propionat (Ibuprofen, Naproxen), Turunan Asam Asetat (Indomethacin), Turunan Asam Enolat (Piroxicam).

    Obat AntiInflamasi pada umumnya bekerja pada Enzim yang membantu terjadinya inflamasi, Namun Pada umumnya Obat AntiInflamasi bekerja pada Enzim Siklooksigenase (COX) baik COX1 maupun COX2.

    BalasHapus
  20. 4. Mekanisme antihistamin golongan pertama yaitu, menghambat kerja dari pelepasan histamin dari reseptornya, sehingga agen histamin yang berperan sebagai respon inflamasi dan menyebabkan timbulnya alergi tersebut tidak akan dihasilkan. Oleh karena itu, alergi tidak akan terjadi

    BalasHapus
  21. hai suci, saya akan membantu menjawab pertanyaan no 11. Berdasarkan sumber yang saya pelajari pemberian obat turunan fenotiazin ini sangat tepat untuk pasien yang mengalami gangguan psikis dan alergi, karena turunan fenotiazin ini bekerja pada reseptor D2 dan reseptor antagonis H1.

    BalasHapus
  22. Saya ingin menjawab pertanyaan nomor 1 yaitu
    Inflamasi adalah reaksi kompleks terhadap agen/bahan yang merugikan misalnya mikroba dan sel yang rusak (biasanya nekrosis), yang berupa respon vaskuler, migrasi dan aktivasi leukosit serta reaksi sitemik. Gambaran umum inflamasi adalah reaksi pembuluh darah, yang menyebabkan akumulasi cairan dan leukosit di jaringan ekstravaskuler. Respon inflamasi berkaitan erat dengan proses perbaikan. Inflamasi berfungsi menghancurkan, mengencerkan atau membatasi agen yang merugikan dan memicu terjadinya serangkaian proses yang mencoba untuk memulihkan dan mengantikan jaringan yang rusak.


    Inflamasi pada dasarnya adalah suatu respon protektif, dengan tujuan untuk menyingkirkan organisme penyebab awal cedera (misalnya mikroba, toksin) dan konsekuensi cedera (misalnya sel dan jaringan nekrotik). Tanpa inflamasi, infeksi akan terus berkembang, luka idak akan pernah sembuh, dan organ yang cedera dapat menjadi luka yang terus bernanah1,2. Respon inflamasi terdiri atas dua komponen utama yaitu reaksi vaskuler dan reaksi seluler. Reaksi vaskuler dan seluler pada inflamasi diperantarai oleh mediator-mediator kimiawi yang berasal dari protein plasma atau sel dan diproduksi sebagai respon terhadap rangsangan inflamasi.

    Banyak jaringan dan sel yang terlibat dalam reaksi-reaksi ini, termasuk cairan dan protein plasma, sel dalam darah, pembuluh darah serta konstituen seluler dan ekstraseluler dari jaringan. Inflamasi akan berhenti apabila agen penyebab telah dieliminasi dan mediator-mediator yang dilepaskan telah diuraikan atau disingkirkan.

    BalasHapus
  23. hai suci menurut pendapat saya jawaban no 3 efek samping yang terjadi pada AH 1 seperto alergi, shock anafilaksis, ruam, dan dermatiti

    BalasHapus
  24. saya akan mencoba mmenjawab pertanyaan nomor satu.
    Inflamasinya terjadi diakibatkan oleh Infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit), Nekrosis jaringan mendatangkan inflamasi tanpa memperhatikan penyebab dari kematian sel, proses iskemik akan menurunkan aliran darah (pada kasus myocard infark), Trauma atau cedera fisik dan trauma kimia (seperti cedera kebakaran atau kerusakan kulit akibat suhu ekstrim, radiasi (terpapar lingkungan kimia), Benda asing ataupun reaksi imunitas. Dimana nantinya tubuh akan merespon dengan menggunakan sistem sel darah putih yang akan menuju lokasi kerusakan dan bentuk perbaikan itu adalah inflamasi

    BalasHapus
  25. saya akan menambahkan jawaban no 6

    Mekanisme Fenotiazin sebagai AGP 1
    Fenotiazin termasuk ke dalam Antipsikotik Generasi Pertama (AGP 1)
    Kerja APG 1 menurunkan hiperaktivitas dopamine di jalur mesolimbik sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG 1 tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi ternyata APG 1 tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga memblok reseptor D2 di tempat lain seperti di mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberofundibular. APG 1 memblok reseptor D2 di jalur mesokortikal dapat memperberat gejala negatif dan kognitif disebabkan penurunan dopamine di jalur tersebut. Blockade reseptor D2 di nigrostiatal secara kronik dengan menggunakan APG 1 menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik. Blockade reseptor D2 di tuberoinfudibular menyebabkan disfungsi seksual dan peningkatan berat badan

    BalasHapus
  26. saya akan menjawab pertanyaan 10

    Fenotizin dan turunannya dapat di buat bentuk sediaan apa saja?
    sejauh yang saya tau Fenotizin dan turunannya dapat dijadikan sediann :
    1.tablet
    2.elixir
    3.kapsul
    4.sirup
    5.injeksi
    6.spray
    7.retarded tablet

    BalasHapus
  27. saya ingin menambahkan jawaban no.12
    Nama dagang yang komersial untuk golongan dan turunan fenotiazin yaitu AFI-Tiazin, Agrazine, Antiverm, Biverm, Dibenzothiazine, Orimon, Lethelmin, Souframine, Nemazene,Vermitin, Padophene, Fenoverm, Fentiazine, Contaverm, Fenothiazine, Phenovarm, Ieeno; THT 38 ,Helmetina, Helmetine, Penthazine, XL-50; Wurm-thional, Phenegic, Phenovis, Phenoxur dan juga Reconox.

    BalasHapus
  28. Hai suci. Saya akan mencoba menjawab tntng penyebab lepasnya histamin.
    Histamin dpt lepas dari granula nya diakibatkan oleh hal hal berikut seperti :
    Reaksi anfilaktik , alergi, zat kimia dan obat obatan

    BalasHapus
  29. Mekanisme terjadinya Inflamasi dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu:
    1. Perubahan vaskular
    Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing.
    2. Pembentukan cairan inflamasi
    Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 1999).

    BalasHapus
  30. saya akan menambahkan jawaban no 8 Efek sedative fenotiazin timbul dari aktivasi reseptor GABAA sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari reseptor GABA di otak (korteks serebral, korteks sereblum, thalamus). Dengan kata lain efek sedatif yang ditimbulkan oleh fenotiazin karena menghambat atau menekan sistem saraf pusat

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat tami. karena turunan Fenotiazin dapat merangsang maupun menghambat SSP. Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan SSP dengan gejala misalnya kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat.

      Hapus
  31. pertanyaan no 1
    Proses yang terlebih dahulu terjadi adalah peradangan, karena peradangan merupakan salah satu fase yang harus dilewati sebelum terjadinya penyembuhan luka.
    Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya akan menambahkan sedikit
      Inflamasinya terjadi diakibatkan oleh Infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit), Nekrosis jaringan mendatangkan inflamasi tanpa memperhatikan penyebab dari kematian sel, proses iskemik akan menurunkan aliran darah (pada kasus myocard infark), Trauma atau cedera fisik dan trauma kimia (seperti cedera kebakaran atau kerusakan kulit akibat suhu ekstrim, radiasi (terpapar lingkungan kimia), Benda asing ataupun reaksi imunitas. Dimana nantinya tubuh akan merespon dengan menggunakan sistem sel darah putih yang akan menuju lokasi kerusakan dan bentuk perbaikan itu adalah inflamasi

      Hapus
  32. 3.Efek samping antagonis-H1 antara lain mengantuk, kelemahan otot, gangguan koordinasi pada waktu tidur, gelisah, tremor, iritasi, kejanga dan sakit kepala.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan pendapat magfirah karena menurut sumber yang saya baca efek samping antagonis h1 antara lain kelemahan otot, iritasi, kejang dan sakit kepala

      Hapus
  33. Saya ingin menambahkan jawaban nmr 15, untuk mengurangi efek sedasi fenotiazin mungkin dengan beristirahat dan banyak minum air putih

    BalasHapus

Pojok Belajar

"KIMIA MEDISINAL ?"

“Kolaborasi Kimia & Medis gitu maksudnya?” “Kimia biasanya reaksi-reaksi gitu,nah hubungannya dengan medis apaan?” “Merancang o...